KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Daya tampung fasilitas kesehatan di Kota Bandung mulai menipis, terkait dengan pelayanan pasien COVID-19. Salah satunya di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang juga menjadi rumah sakit rujukan COVID-19 nasional.
Tingkat keterisian tempat tidur di ruang ICU khusus pasien COVID-19 sudah mencapai 92,85 persen. Padahal, ambang batas Bed Occupancy Rate (BOR) atau rasio keterisian tempat tidur menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di angka 60 persen.
Hal tersebut disampaikan Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum RSHS Bandung Muhammad Kamaruzzaman. “Berdasarkan informasi pada hari ini tingkat huniannya berjumlah ICU 92,85 persen,” ujar Kamaruzzaman dalam keterangan yang diterima, Sabtu (9/1/2021).
Meskipun ICU dalam kondisi yang hampir mendekati penuh, pihaknya tetap memaksimalkan pelayanan di ruang perawatan. Terbukti, tingkat bad occupancy rate (BOR) ruang perawatan masih di bawah 70 persen yaitu 67,92 persen.
Dia mengatakan, (BOR) ruang perawatan pasien COVID-19 memang terlihat rendah karena RSHS telah menambah kapasitas tempat tidur. “Tingkat bor perawatan ini memang kelihatannya rendah karena sudah ada penambahan kapasitas yaitu melalui pengalihan fungsi di kemuning 4 menjadi 40 tempat tidur,” ujarnya.
“Oleh karena itu, dibandingkan dengan hunian-hunian sebelumnya tingkat huniannya terlihat menurun,” tambah Kamaruzzaman.
Sebelumnya, pada Desember 2020 lalu okupansi rata-rata ruang isolasi mengalami peningkatan antara 70-80 persen. Dia berharap, tingkat keterisian semakin menurun dan kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan dimanapun berada.
“Mudah-mudahan ini akan terus menurun dan kami berharap seluruh masyarakat di Jabar tetap melaksanakan AKB dan kalau bisa tetap selalu di rumah,” ucapnya.
Sementara itu, Assisten Pemerintahan Hukum dan Kesejahteraan Sosial Pemprov Jabar Dr Dewi Sartika menambahkan, kondisi COVID-19 di Jawa Barat masih terus meningkat. BOR se-Jabar bertambah menjadi 78,40 persen di atas rata-rata nasional.
“Kasusnya memang kecenderungannya meningkat, angka reproduksi menurun menjadi 1,48 kemudian positive rate lebih dari 29 persen berarti ini juga meningkat,” kata Dewi dalam siaran langsung bersama BNPB Indonesia, Jumat (8/1) kemarin. (Red./Azay)
Discussion about this post