BANDUNG, METROJABAR.ID — Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, komunikasi, sosialisasi, dan edukasi, amat penting dalam penanganan COVID-19 di Jabar. Maka itu, gugus tugas provinsi menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan beragam konten.
“Kami memproduksi ribuan konten. Grafis, video, dan lain-lain untuk menjadi bagian dari edukasi (kepada masyarakat),” kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– saat menjadi pembicara dalam webinar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Jabar Seri ke-5 di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (9/7/20).
Kang Emil mengatakan, pihaknya membuka layanan informasi via PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar). Lewat layanan itu, masyarakat dapat melontarkan pertanyaan terkait penanganan COVID-19. Dengan begitu, gugus tugas provinsi mengetahui informasi apa yang dibutuhkan masyarakat.
Sejak 18 Maret 2020, PIKOBAR menerima 123.000 pertanyaan dari masyarakat. Hal yang ditanyakan didominasi soal tes masif dan bantuan sosial. Sekitar 97 persen pertanyaan tersebut sudah dijawab.
“Topik yang ditanyakan setiap minggu berbeda. Contohnya, tanggal 28 Juni sampai 4 Juli 2020 tentang tes masif COVID-19, penyaluran bansos, dan akun Sapa Warga. Itu menjadi top aduan. Di PIKOBAR sendiri aduan terbesar terkait bantuan tunai Kemensos, provinsi, dan seterusnya,” ucapnya.
Kang Emil memastikan pihaknya memegang teguh transparansi, khususnya data soal penanganan COVID-19 dan bansos. Selain itu, gugus tugas provinsi berinovasi dengan menggunakan teknologi race chart guna menyederhanakan data-data COVID-19 yang rumit. Tujuannya memudahkan masyarakat membaca data.
“Kami melakukan inovasi presentasi komunikasi publik. Karena COVID-19 ini indeksnya terlalu banyak, jadi rumit, sehingga kami permudah dengan teknik komunikasi yang simpel,” katanya.
“Contoh untuk mengukur pergesaran-pergeseran jumlah kasus positif kami gunakan teknologi komunikasi yang namanya race chart. Race chart ini biasanya menghitung dalam rentan waktu yang panjang pergerakan sebuah statistik,” imbuhnya.
Media monitoring, kata Kang Emil, rutin dilakukan gugus tugas provinsi. Tujuannya mengetahui peristiwa di lapangan lewat laporan-laporan wartawan.
“Media monitoring itu kami lakukan. Peristiwa yang sifatnya negatif, kita telusuri, kita perbaiki, dan mudah-mudahan (peristiwa yang sama) tidak terjadi lagi,” kata Kang Emil. (Red./Azay)
*HUMAS JABAR*
Discussion about this post