KOTA BANDUNG, METRO JABAR.ID
Kemarin ini saya diajak junior saya, Chevi dan Jendra untuk bertemu dengan beberapa ‘raja-raja kecil’ masa almarhum Bupati Abubakar.
Awal pertemuan membahas masalah permintaan tolong penagihan uang proyek pembangunan yang tidak dibayar beberapa dinas, karena mereka ditagih oleh para pengusahanya.
“Kenapa tidak langsung ke pejabatnya? Kan kalian kenal dekat sejak jaman almarhum Bupati Abubakar.” Tanya saya tercenung.
“Begini Bang, saya sudah bosan. Karena mereka selalu beralasan dan menghindar. Dan yang berkuasa sekarang kan sudah lain, meskipun kami pernah dekat.” Jawabnya.
“Faktor psikologis ya,” sela saya.
“Ya, Bang. Mereka seolah-olah gak pernah dekat, padahal kami tahu cara mereka mendapatkan jabatannya. Si Polan bisa jadi ini, karena kami.” Kata yang lainnya.
“Caranya?”
“Ah Abang pura-pura gak tahu aja….Ya, mereka kan make duit, kami yang mengantarkannya dan nyetornya. Ni….nama-namanya. Mereka lupa purwadaksi, Bang!!!”
“Kalau masalah proyek, janganlah heran, banyak proyek fiktif tapi bisa dicairkan, setelah cair dapet deh komisinya. Dan itu hampir di semua dinas. Wajarlah kalau mereka kaya dan pinter mainin anggaran.”
“Waaaaahhh…..?”
“kalau Abang betul-betul berjuang demi perubahan pemerintahan KBB dan masyarakat KBB, kami siap bersaksi. Minta hasil pemeriksaan inspektorat yang benar dan Abang bisa lihat juga hasil pemeriksaan BPK dari tahun-tahun belakang. Dinas mana saja yang sampai saat ini tidak mengembalikan uang negara.” Sambungnya.
“Abang jangan percaya dengan omongan-omongan sok bersih mereka.” Potong si Polan. “Kalau sekarang mereka ngomong gak punya duit, itu bohong, supaya kelihatan mereka bekerja sesuai prosedur.”
“Faham….” Jawab saya.
“Yang namanya open biding, itu cuma prosedural. Tapi, siapa-siapa yang bakal jadi sudah rahasia umum, Bang!!! Mereka kan belajar dari temen atau atau seniornya.” Sambungnya.
“Koq?”
“11 – 12, Bang. Memang sekarang kita gak manggung dan gak dianggap lagi, tapi kami tetap monitoring.”
“Oke saya bantu urusan tagihan yang tertunda dan terima kasih atas kerja samanya. Hasil pembicaraan ini saya rekam untuk bahan kajian lebih dalam.” Pungkas saya.
Setelah bubar, saya, Chevi dan Jendra saling tatap dan menghela napas. “Tugas kita berat dik, kita selesaikan saja dulu urusan tagihan2nya. (Red./azay)
Discussion about this post