METROJABAR.ID- Penambahan teknologi QR code pada angkutan kota mulai diujicobakan. Diharapkan dengan teknologi pembayaran secara daring tersebut dapat menambah kualitas layanan angkot dan mengurangi ‘fraud’ yang mungkin dilakukan sopir.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Koperasi Angkutan Masyarakat (Kopamas) Budi Kurnia saat diwawancarai pada Jumat 29 Oktober 2021 kemarin.
Menurut Budi penggunaan QR code tersebut sudah mulai diujicobakan beberapa minggu ini sejak 17 Oktober hingga 23 Oktober. Hanya saja pada awalnya pengguna layanan angkot melalui QR tersebut dikondisikan.
“Sehingga kami mencoba memperpanjang penggunaan ini tanpa rekayasa sedikit pun, hingga awal November mendatang. Kita ingin test in the water bagaimana pendapat langsung masyarakat,” katanya.
“Selama ini para sopir memang banyak dari mereka hanya menggunakan ponsel biasa. Namun dengan aplikasi ini, mereka diminta menggunakan ponsel pintar, sekaligus meningkatkan layanannya kepada para penumpang,” katanya.
Budi juga menambahkan ke depan akan ada beberapa program khusus yang bisa paralel dengan aplikasi tersebut. Semisal dengan booking angkot untuk berbagai keperluan penumpang, atau bisa juga jemputan sekolah bagi siswa-siswi di Kota Bandung.
“Misal nantinya ada para siswa yang berasal dari daerah A, ingin pergi ke sekolahnya dengan jarak yang lumayan jauh di daerah B. Nantinya siswa-siswa yang berasal dari daerah A ini akan berkumpul di suatu lokasi titik pertemuan, di situ akan ada angkot yang akan mengantarkan mereka. Bahkan bisa pulang pergi juga,” katanya.
Sementara itu Kopamas pun lanjut Budi, kini sudah berkoordinasi dengan Global Future City (GFC). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh GFC lanjut Budi, GFC menganjurkan bahwa para sopir angkot nantinya bisa digaji oleh pemerintah.
“Karena sudah digaji maka tak akan ada lagi angkot yang ngetem nunggu penumpang. Tapi ya itu tadi syaratnya layanan sopir harus lebih maksimal lagi, sedangkan bagaimana cara menggajinya, GFC sudah anjurkan kepada pemerintah kota untuk manfaatkan dana CSR perusahaan-perusahaan di Kota Bandung,” ucapnya.
Caranya kata Budi bisa dengan menciptakan voucher e-money dari dana CSR tersebut. Voucher ini nantinya dibagikan kepada masyarakat, jadi baik masyarakat maupun para sopir angkot bisa diuntungkan satu sama lain dengan cara itu.
“Jadi voucher ini dipakai untuk membayar angkot, nah jadi dana CSR ini benar-benar langsung dipakai untuk kepentingan masyarakat. Diharapkan mampu juga meningkatkan kualitas dari layanan penggunaan angkot tersebut,” katanya.
Disinggung mengenai protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 ini, lanjut Budi hal itu masih terus dilakukan sesuai anjuran pemerintah. Jika yang tadinya angkot bisa menampung belasan orang jika penuh, kini hanya 6-7 orang termasuk sopir.
“Pandemi juga berdampak pada sopir angkot secara langsung, sebelumnya anggota Kopamas dari 1032 anggota, sebelum pandemi yang aktif mencapai 600 orang. Sedangkan hari ini yang aktif hanya di angka 100-120 orang. Sisanya ke mana, meski saya harus tetap berpositif thinking, tapi khawatir yang tak jadi sopir lagi ini, merambah dunia kejahatan,” katanya.
Oleh karena itu Budi pun berharap melalui program-program tersebut baik Jaramba maupun saran dari GFC, mampu meningkatkan pelayanan angkot bagi masyarakat.
“Jadi akan banyak yang tidak gengsi lagi naik angkot ke depannya,” katanya. (Red./Annisa)
Discussion about this post