KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Polda Jawa Barat membongkar aksi penimbunan BBM bersubsidi jenis solar. Sindikat penimbun mampu menyimpan solar hingga 25 Ribu liter solar.
Kasus itu terbongkar saat penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar yang termasuk tim satgas BBM menyelidiki kelangkaan BBM bersubsidi beberapa waktu lalu. Di saat itu, penyidik mendapati laporan adanya dugaan pembelian BBM subsidi tak wajar di Kabupaten Tasikmalaya dan Indramayu.
“TKP ada di Tasikmalaya dan di Indramayu,” ucap Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (13/4/2022).
Tujuh orang tersangka diamankan polisi. Lima orang merupakan sindikat Tasikmalaya. Sedangkan dua orang merupakan sindikat di Indramayu.
Ibrahim menuturkan mereka melakukan pembelian BBM solar di SPBU. Solar masuk ke dalam mobil boks yang sudah dimodifikasi.
Solar kemudian ditampung di tempat penampungan raksasa yang ada di sebuah tempat berupa gubuk. Solar tersebut kemudian dijual untuk konsumsi industri.
“Disuplai ke penampungan dan dijual ke industri,” tutur Ibrahim.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar Kombes Arief Rachman menjelaskan para tersangka di dua TKP berbeda ini menggunakan modus yang sama. Mereka memodifikasi mobil bak tertutup yang didalamnya terdapat bak penampungan berbentuk kotak.
Awalnya, kata dia, penyidik mendapati dua mobil tangki di Kabupaten Tasikmalaya. Dua mobil itu diawaki oleh dua sopir dan dua kernet.
“Kami menemukan dua mobil bermuatan 8.000 liter kurang lebih 13,9 ton. Dengan kondisi tangki biru, semestinya dari SPBU. Tapi dia dari pangkalan yang bentuknya bilik. Sangat dimungkinkan ada penyalahgunaan. Ternyata betul. Sehingga kami amankan,” tutur dia.
Polisi kemudian melakukan pengembangan. Di dapat TKP kedua di Kabupaten Indramayu. Penyidik mendapati sebuah tempat yang diduga sebagai lokasi penimbunan.
“Di lokasi ada dua orang sedang bekerja kemudian kami lakukan penindakan bahkan di lokasi ditemukan mobil yang sudah dimodif,” tutur dia.
Arief menjelaskan mobil yang dimodifikasi itu berupa mobil bak tertutup. Di dalamnya terdapat tempat penampungan berbentuk kotak. Pengisian BBM di SPBU dilakukan secara biasanya, akan tetapi, BBM yang masuk justru bukan masuk ke tangki mobil itu, melainkan ke bak penampungan.
“Jadi satu tangki colt dimodif bisa diisi 2.000 liter per sekali putar. Dia berpindah-pindah ke beberapa SPBU. Tanpa sadar, kami menyita total kurang lebih 22 ton dan kalau dikonversi, 25 ribu liter,” kata dia.
Arief menuturkan BBM yang ditimbun tersebut dijual lagi oleh sindikat tersebut ke industri. Adapun saat kondisi langka, BBM solar dijual dengan harga Rp 9 ribu.
“Ada disparitas keuntungan. Ini jadi faktor penarik mereka melakukan ini. Kalau dikalkulasikan, kerugian negara Rp 454 juta dalam waktu empat bulan,” katanya. (Red./Annisa)
Discussion about this post