KOTA BANDUNG, METRO JABAR.ID
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menyerukan kepada pengurus koperasi agar cermat dalam mengelola anggota. Karena hal itu menjadi kunci penting dalam menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian masyarakat Indonesia.
Terlebih, pascapandemi Covid-19, koperasi bisa menjadi cara untuk membangkitkan geliat ekonomi di tengah masyarakat. Karena koperasi didukung dengan sistem keanggotaan yang menjadi potensi dan aset berharga.
“Kita harus punya mindset yang sama bahwa sesungguhnya dalam dunia koperasi modal utama kita adalah anggota. Anggota itu aset kita. Kemudian kalau kita berbicara jaringan, itu bagaimana anggota koperasi dari partikel kecil di rumah tangga menjadi raksasa besar,” ucap Oded di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa 30 Juni 2020.
Saat ini di Kota Bandung tercatat ada 2.540 koperasi. Namun hanya ada 735 koperasi yang aktif. Dari jumlah tersebut, tercatat 119.947 orang yang terlibat sebagai anggota aktif.
Oded mengarahkan agar konsep pengelolaan koperasi di Kota Bandung menggunakan pola kolaborasi. Dengan sistem kerja sama inilah koperasi akan sangat kuat, karena menjadi sebuah ekosistem besar yang saling mendukung antarkoperasi.
“Karena ada jaringan yang diikat dalam sebuah sistem. Mindset berikutnya yaitu antar koperasi itu bukan saingan, tapi itu adalah kemitraan. Kalau ini sudah terbangun, harusnya bisa maju dan kuat. Kalau merasa saingan jadi saling bunuh,” terangnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUKM) sudah membuat sistem pengelolaan yang mewadahi para koperasi. Yakni yang diberi nama Sitem Ekonomi Jaringan Usaha Koperasi (Sejuk).
Kepala Dinas KUKM Kota Bandung, Atet Dedi Handiman menuturkan, konsep menghimpun semua kekuatan dan potensi koperasi sehingga menjadi satu kesatuan. Walhasil, segala kebutuhan koperasi mulai dari suplai sampai urusan pemasaran bisa saling bertukar.
“Koperasi kalau bersatu akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi luar bisa. Oleh karena itu kami sepakat membuat sebuah wadah kerja sama untuk memfasilitasi permodalan dan pemasaran,” katanya.
Atet menuturkan, Sejuk juga menjalin kolaborasi bersama Nectico dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan koperasi. Yakni penyediaan marketplace utuk pemasaran serta membuat sistem pendataan yang memudahkan pemetaan koperasi di Kota Bandung.
“Sistem yang dibuat nectico bisa melihat tren pasar yang memang di dalam Sejuk. Sehingga menjadi bahan bagi koperasi untuk bergerak di berbagai bidang,” ujarnya.
Namun, lanjut Atet, yang paling utama adalah, berbagi informasi dan saling menyuplai kebutuhan. Sehingga anggota koperasi mendapatkan produk barang yang lebih murah. Sehingga harga jual kepada anggotanya pun bisa bersaing dengan toko modern.
Atet menilai, koperasi tak perlu ragu lagi untuk terjun di sektor riil, meski secara bertahap. Karena, menurutnya selama ini koperasi hanya diidentikan dengan sistem simpan pinjam saja. Hal itu yang tak jarang justru berakhir tragis. Lantaran jumlah peminjam yang banyak tapi minim pengembalian.
“Karena ada koperasi yang menjual produk tidak bersaing dengan toko modern. Karena margin harga yang dibeli koperasi lebih mahal. Tapi sekarang kalau misalnya koperasi A butuh mi instan dan ada koperasi B bisa menyediakan yang murah. Jadi saling tukar menukar informasi dan peluang usaha,” katanya.
Bahkan kini Atet sedang mengkoordinasikan Sejuk bisa menjadikan koperasi sebagai suplier. Atau menjelma jadi Bantuan Persediaan Stok (Baperstok) di Kota Bandung, setidaknya guna memenuhi kebutuhan 119.947 anggota aktif. (Red./Azay)
Discussion about this post