KOTA BANDUNG, METRO JABAR.ID
Pelayanan kantor FIF Group sangat mengecewakan dan tidak profesional pada konsumennya.
Seperti yang dituturkan oleh Mulyadi, salah satu konsumen saat berniat melakukan pembayaran cicilan motor pada kantor FIF di jalan Sukarno Hatta, Sabtu, (6/6/2020).
Menurut Mulyadi, dia datang ke kantor FIF sekitar pukul 11.15 WIB, dan langsung menuju loket pembayaran, saat akan melakukan pembayaran, terdapat perbedaan nominal pada jumlah yang harus dibayarkan, dan petugas loket menyarankan untuk konsultasi dulu dengan petugas CS (Customer service).
Selanjutnya mulyadi menuju petugas security untuk menanyakan nomer antrian CS, dan security hanya menuliskan nomer kontrak dan nama konsumen di secarik kertas lalu di serahkan ke petugas CS, dan menyarakan konsumen untuk menunggu panggilan.
Saat menunggu, ada sekitar 15 an orang yang ada dalam ruangan tersebut, ditambah beberapa orang lagi yang baru masuk dan juga dituliskan nomer antrian di secarik kertas.
Sekitar pukul 12.30 WIB, konsumen didalam ruangan menyisakan sekitar 7 orang dan mereka adalah konsumen yang tadi masuk setelah Mulyadi, logika nya berarti mereka akan dipanggil setelah Mulyadi, tapi ternyata tidak, saat panggilan selanjutnya Mulyadi masih belum dapat panggilan, malah konsumen baru tadi yang dipanggil.
Karena merasa lelah dan kecewa setelah menunggu lebih dari satu jam belum dipanggil juga, Mulyadi menghampiri meja CS dan menanyakan kenapa dia belum dipanggil, dan dijawab oleh petugas CS setelah ini akan dipanggil. Mulyadi kembali duduk diruang kursi tunggu.
“Saya sempat menghampiri meja CS dan menanyakan kenapa belum dipanggil juga, sedangkan yang baru datang sudah pada dipanggil” Terangnya.
Setelah konsumen yang di meja CS selesai, Mulyadi siap-siap berdiri berharap dipanggil ke meja CS, tapi petugas CS bukannya memanggil malah berdiri dan masuk ke dalam ruangan dibelakang meja CS, Mulyadi sepintas mendengar petugas CS lainnya yang sedang melayani konsumen mengingatkan rekannya tadi bahwa masih ada satu konsumen yang sudah menunggu lama, tapi petugas CS yang diingatkan tidak menggubris dan tetap masuk kedalam.
Mulyadi masih bersabar menunggu petugas tadi keluar lagi, tapi setelah ditunggu lebih dari 10 menit an masih belum keluar juga, kesabarannya mulai hilang, dia menghampiri meja CS dan bertanya lagi, kenapa masih belum dipanggil malah ditinggal masuk?
Akhirnya setelah hampir dua jam menunggu dan mendapat pelayanan yang sangat buruk dan jauh dari profesional, Mulyadi memutuskan untuk pulang dan tidak meneruskan niatnya untuk membayar cicilan motor.
Sangat disayangkan, sebuah perusahaan sebesar FIF Group dengan kantor yang begitu megah, ternyata manajemen pelayanan serta SDM nya sangat buruk dan tidak profesional.
Nomor antrian saja mereka hanya menggunakan secarik kertas seukuran lebih kecil dari kartu nama, yang ditulis manual seperti sedang melakukan undian arisan. Serta penempatan nomer antrian yang acak di meja CS hingga mengakibatkan orang yang datang lebih dulu bisa dipanggil belakangan dan sebaliknya.
Ditambah kualitas SDM di meja CS yang terkesan tidak pernah mendapat arahan harus bagaimana. Selama Mulyadi menunggu hampir 2 jam, ada tiga orang CS yang bertugas, terlihat hanya satu orang, wanita di meja tengah yang terlihat serius menangani konsumennya.
Sedangkan dua petugas CS yang ada di meja ujung dan ujung satunya, lebih banyak ngobrol, terlihat sekitar 5 kali petugas CS wanita di meja ujung kiri meninggalkan meja nya dan berbicara sekitar 5 sampai 10 menit dengan petugas CS laki-laki di meja ujung kanan.
Sambil berdiri disamping petugas CS di meja sebelah kanan, petugas CS tersebut tanpa maksud yang jelas berdiam diri sambil mengawasi sekeliling ruangan, tanpa peduli dengan banyaknya konsumen yang menunggu di panggil.
Apakah memang seperti ini sistem manajamen pelayanan yang ada di kantor FIF selama ini? sangat kontras dengan megahnya gedung yang mereka tempati.
Rencananya hari Senin (8/6), disposisicom akan menyambangi dan menemui manajemen FIF di kantornya untuk memberikan hak jawab dan sekaligus meminta penjelasan tentang hal ini. (Red./Azay)
Discussion about this post