KAB.BANDUNG, METRO JABAR.ID
Sebelumnya 29 anggota DPRD Kabupten Bandung menyetujui pembentukkan Pansus Covid-19, untuk mengawasi dan mendampingi penyelenggaraan kegiatan penanggulangan menyebarnya Wabah Corona. Sewaktu penandatanganan Pansus Gugus Tugas Covid-19, terkumpul 29 tanda tangan menyetujui Pansus. Lalu kemarin sore, Rabu (20/5/2020), “Aborsi” terjadi. Pansus dinyatakan batal.
Artinya, dikatakan Ketua Fraksi NasDem DPRD Kab. Bandung H.Tony Permana, S.H., peluang menguak transparansi kerja pansus covid-19 ini, termasuk kongkalingkong penggunaan anggarannya menjadi tertutup dan buyar. “Ini akan menjadi catatan hitam hubungan legislatif-eksekutif. Lantas, sejauhmana pertanggungjawaban fraksi yang di awal telah menandatangani pansus ini,” katanya via seluler, Kamis (21/5/2020).
Bukan rahasia lagi, dikemukakannya, gerakan menutup laju pansus ini demikian gencar. Dan nyatanya berhasil. Mayoritas mereka yang telah menandatangani menjilat ludah kembali. Ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, logistik yang bermain untuk menarik kembali suara dalam pansus demikian masif, dan kedua intervensi pucuk pimpinan partai yang meminta kembali merubah haluan partai.
Menurutnya, dalam relasi politik ini sah-sah saja, tetapi bagi pembelajaran politik dalam kerangka membangun civil sociaty yang kuat justru semakin jauh.
“Kita tahu bahwa muatan gugus tugas Covid-19 ini, lebih kental nuansa politiknya. Besarnya anggaran yang digelontorkan untuk gugus tugas ini berpotensi menjadi bancakan ongkos politik rezim, yang kita ketahui bersama memerlukan suplay bahan baku yang tidak kecil. Tertutup sudah semua upaya membuka kotak pandora yang sudah tertutup selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun dalam label dinasti,” ujarnya.
Setadinya, semua anggota DPRD yang menyetujui terbentuknya Pansus Covid-19, berharap dengan terpilihya anggota legislatif baru, yang sebagian masih “berdarah muda” akan membuka dinamisasi baru konstelasi hubungan legilatif-eksekutif. Nyatanya, malah semakin parah. Upaya refres pimpinan dan anggota fraksi-fraksi saat ini, kendati memungkinkan, nampaknya hanya harapan kosong.
Organ-organ partai, disebutkan Toni, sudah dikendalikan kekuatan status quo yang selain kuat daya jelajahnya juga kuat kesiapan logistiknya. Obsesi ihwal Dayeuh Bandung baru yang penuh dengan pergumulan “unik dan radikal” tinggal hisapan jempol.
“Lantas, mampukah kaum pergerakan progresif yang selama ini “memahami dan tahu” problema ini semua menahannya? Saya ga yakin. Sebagian ada yang menerimanya sebagai dosa berkelanjutan, sambil beronani dalam fantasi berkelanjutan,” lanjut Toni.
Bahkan ada, tambahnya, sebagian kecil yang berani tampil beda, namun hanya ibarat buih di tengah lautan. Bersiaplah semua menghirup anggur baru dalam botol lama. Walau pahit, tapi nikmati saja. (Red./Azay)
Discussion about this post