KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Bian, Cita, Bina, Fay, dan Dias tak menyangka ide hasil diskusi kelompoknya selama dua hari mampu menyabet juara 1 Datathon 2023. Mereka berlima menciptakan aplikasi bernama Salira (Sistem Anamnesis ku Nyalira).
Bian menjelaskan, fungsi dari aplikasi tersebut agar para pasien bisa mengetahui kondisi kesehatan sebelum mereka berkunjung ke puskesmas.
“Sebab 2 dari 3 penyakit teratas yang ada di IGD Kota Bandung itu sebenarnya bisa diatasi dari rumah. Kalau ternyata pasien bisa tahu anamnesis atau riwayat penyakitnya, ini mampu mengurangi beban kerja dari nakes di puskesmas yang sudah overload,” papar Bian seusai mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
Ia melanjutkan, selain untuk membantu masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya, aplikasi ini juga untuk membantu para nakes di puskesmas.
“Selanjutnya juga para pasien bisa mengetahui pengobatan herbal yang cocok untuk dirinya,” katanya.
Dari mereka berlima, hanya Bian dan Cita yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes). Sedangkan Bina sebagai apps designer. Ada juga yang berprofesi sebagai dosen informatika, lalu satu lagi dari profesi pebisnis.
Cita, salah satu peserta dari kelompok Salira menjelaskan, sebagai orang yang terjun langsung di puskesmas, sedikit banyaknya ia paham mengenai kesehatan di Kota Bandung dan keluhan-keluhan dari pasien yang sering dialami.
“Dari keluhan masyarakat tersebut, saya punya ide untuk mengurangi keluhan masyarakat. Di sini kami pikirkan bersama solusinya berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan,” ucap Cita.
Ia sangat bersyukur bisa bergabung dalam Datathon 2023 bersama dengan beragam rumpun profesi lain. Sebab, selama ini ia memiliki ide untuk mengurai permasalahan kesehatan di Kota Bandung, tapi belum tahu cara merealisasikannya.
“Melalui Datathon ini, saya jadi kenal banyak dari rumpun yang lain. Ternyata mereka bisa merealisasikan ide kami di ranah nakes,” ungkapnya.
Menurutnya, aplikasi ini sangat membantunya dan rekan-rekan yang bekerja di puskesmas. Namun, aplikasi Salira masih belum sampai ke tahap finishing, masih berupa prototipe.
“Kalau memang ada tindak lanjutnya lagi dari Pemkot Bandung, kami siap untuk mengembangkan aplikasi dan sistem ini,” ucapnya.
Sementara itu, apps designer Salira, Bina menuturkan, melalui aplikasi ini, kelompoknya juga mencoba untuk mengurangi sampah kertas.
“Jadi, hasil cek kesehatan dan invoice pengobatan nanti berupa digital. Penggunaan kertas kita batasi,” ujar Bina.
Bukan hal yang mudah untuk bisa menciptakan sistem dalam aplikasi Salira. Meski banyak kegagalan yang dialami, tapi Bina berpesan untuk jangan takut dengan kegagalan.
“Harus mau mencoba, jangan malu. Tidak usah takut gagal, itu sudah biasa. Tapi, proses yang kita jalani itu punya nilai yang besar,” tuturnya. (Red./Fachrizal)
Discussion about this post