KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menargetkan empat kelurahan di Kecamatan Ujungberung untuk diimplementasikan Nyamuk Wolbachia. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani mengungkap, program ini akan terus berlanjut.
Meski ia mengaku, dari adanya evaluasi dari implementasi di kelurahan sebelumnya, yakni Kelurahan Pasanggrahan, terlihat adanya banyak kendala yang menghambat proses pengembangbiakan nyamuk ‘mahal’ ini.
“Jadi berdasarkan hasil monev keempat dari Kelurahan Pasanggrahan, capaiannya sudah 67,5%. Namun memang hasil ini berasal dari 4 RW, padahal di sana ada 15 RW. Insyaallah bulan ini, minggu depan akan nambah di 4 Kelurahan Ujungberung lainnya yakni Pasir Endah, Pasir Wangi, Pasir Jati, dan Cigending,” ujarnya.
Ira mengungkap, dalam implementasi Wolbachia di Kelurahan Pasanggrahan ada 11 RW yang tidak berjalan optimal. Meski begitu, kesuksesan di 4 RW lainnya menjadi pondasi penerapan pada empat kelurahan lainnya.
Dalam sekali menitipkan, harusnya ada 308 ember yang disebar. Ira mengaku, banyaknya penolakan warga akibat misinformasi, menjadi kendala paling besar dalam implementasi wolbachia di Pasanggrahan.
“Iya jadi yang berhasil optimal itu 4 RW. Pada 11 RW lainnya itu tidak berhasil, karena banyak penolakan itu. Jadi tidak akan diteruskan di situ karena sudah tahu kalau memang tidak akan berhasil kalau dilanjutkan. Maka sekarang untuk empat kelurahan selanjutnya, kami optimalkan sosialisasi dan pendataan. Kan sayang kalo nggak berhasil,” lanjutnya.
Sementara itu, implementasi di empat kelurahan lainnya akan dilaksanakan serentak bulan ini. Namun ada hal yang jadi catatan Dinkes, yakni membuat agar masyarakat paham dan bersedia untuk menjadi orang tua asuh ember nyamuk berwolbachia.
Sekedar diketahui, istilah orang tua asuh merujuk pada warga yang bersedia bagian rumahnya dititipi ember berisi 160 bibit nyamuk aedes aegypti berwolbachia. Dinkes harus terus berupaya agar proses penitipan ember nyamuk wolbachia dapat optimal.
“Belajar dari Pasanggrahan ini, bisa lihat kunci kesuksesan itu kan bersedianya masyarakat untuk dititipkan ember wolbachia. Jadi kalau sekarang mastiin dulu dengan pendataan ortu asuh. Kemarin di empat kelurahan itu baru di angka 65-75 atau sekitar 63,49% orang tua asuh yang bersedia. Jadi kami ingin optimalkan dulu, kalau udah mendekati optimal baru direalisasikan. Semoga minggu depan bisa serentak,” harapnya.
Ira pun mengaku, sepanjang April 2024 hasil monitoring evaluasi (monev) dengan Kemenkes RI kurang memuaskan. Dari target 35% penyebaran di minggu pertama, baru 14% dari target yang tercapai. Minggu kedua seharusnya target 50% nyamuk wolbachia berhasil tersebar, baru 19% yang tercapai.
Bahkan di minggu ketiga yang seharusnya sudah mencapai 60% penyebaran, justru menurun jadi 14% dari target nyamuk yang harus disebar. “Sementara program baru berhasil kalo proporsi nyamuk aedes aegypti berwolbachia, harus lebih dari 60% di alam. Jadi ya ini menjadi PR kami, sampai sekarang masih sosialisasi karena nggak bisa hanya sekali, harus terus menerus,” imbuh Ira.
“Makanya kita belajar sosialisasi itu harus sampai ke akar rumput, tidak bisa hanya stakeholder. Saat ini persiapan akan lebih matang lagi,” ucapnya.
Ira berharap, nantinya Kota Bandung dapat mengimplementasikan nyamuk wolbachia di 4 kelurahan lainnya. Ia pun menegaskan bahwa nyamuk wolbachia dapat mulai terasa dampak positifnya setelah penerapan optimal 1-2 tahun mendatang.
“Mungkin nanti ada strategi komunikasi yang baru dengan warga, kita bisa belajar dari pengalaman supaya lebih sukses. Karena sayang ya tenaga, waktu, biaya yang dikeluarkan kalau program ini nggak lancar. Dan perlu diingat, wolbachia ini dapat terasa dampaknya pada 1-2 tahun mendatang,” doa Ira. (Red./Usep)
Discussion about this post