KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Jawa Barat mempromosikan sekaligus menawarkan 31 proyek besar dan sedang senilai Rp 41,06 triliun kepada 17 negara dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2021.
Tercatat 1.100 calon investor dalam dan luar negeri yang menjajaki investasi melalui WJIS 2021.
Hingga tengah hari Kamis (21 Oktober 2021) kemarin, transaksi mencapai Rp 6,5 triliun.
“Investasi yang ditawarkan di antaranya Metropolitan Rebana dengan 13 kota industri barunya. Sedangkan Jabar bagian selatan, investasi fokus pada bidang kemaritiman, pariwisata, dan pertanian,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil kepada wartawan, Kamis (21 Oktober 2021) kemarin.
Potensi investasi di kawasan Cirebon-Subang-Majalengka (Rebana) dan Jabar selatan mencapai Rp 392,4 triliun.
Sisanya akan terus dinegosiasikan selama dua hari pelaksanaan WJIS.
Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar, Noneng Komara Nengsih menjelaskan, dalam WJIS akan ada pertemuan tatap muka dua pihak yang difasilitasi Provinsi Jabar dan Bank Indonesia Jabar.
Pada semester I/2021, menurut Noneng, Jabar menempati peringkat pertama realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan total Rp 72,46 triliun.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Herawanto menegaskan pentingnya pemerataan investasi antara Jabar bagian utara dan selatan dalam mendorong resiliensi dan inklusivitas pertumbuhan ekonomi Jabar.
Di kawasan utara, potensi investasi Jabar terkait dengan proyek Segitiga Rebana yang kompleks dan canggih.
Kawasan pertumbuhan ekonomi baru ini dirancang untuk menjadi kawasan dengan beberapa smart city metropolitan dan kawasan industri yang dikelilingi oleh infrastruktur pendukung yang penting seperti Pelabuhan Patimban, Bandara Internasional Kertajati, dan jalan tol seperti Tol Cisumdawu.
Di kawasan selatan, investasi Jabar diarahkan pada berbagai proyek ekonomi hijau (green economy) yang terdiri dari proyek sektor pariwisata, serta proyek sektor pertanian.
“Secara khusus, proyek-proyek tersebut diharapkan akan menjawab keprihatinan penting investor global tentang masalah ekonomi hijau akibat perubahan iklim yang dialami secara global,” ujar Herawanto.
BI mencatat, Jabar merupakan provinsi kontributor terbesar ketiga bagi perekonomian Indonesia.
Salah satu elemen penting dalam mendorong perbaikan ekonomi dan mendukung pencapaian resiliensi ekonomi Jabar adalah investasi.
Sumbangan investasi terhadap perekonomian Jabar mencapai 24,88 persen dari produk domestik regional bruto (PDRB) atau komponen kedua terbesar setelah konsumsi.
Jabar pun menjadi destinasi investasi utama secara nasional, baik investasi yang bersumber dari PMA dan PMDN.
Realisasi investasi di Jabar yang tetap tinggi di tengah pandemi didukung oleh tiga hal, yakni infrastruktur pendukung yang memadai, SDM lebih berkualitas, dan dukungan pemerintah daerah. (Red./Azay)
Discussion about this post