KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Para perajin tempe dan tahu di Kota Bandung, Jawa Barat, mengecilkan ukuran produk olahan kedelai tersebut. Alasannya, karena sejak beberapa pekan terakhir harga bahan baku kedelai impor di pasaran mengalami kenaikan.
Hal ini misalnya dilakukan salah seorang perajin tahu tempe di Komplek Kopti RT 02 RW 10, Kelurahan Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay.
“Agar tetap bisa berjualan paling kecilin bentuknya. Kalau dinaikkan harganya agak berat karena pembeli akan lari,” kata Ayep (63), Kamis (31/12/2020).
Ayep mengatakan, harga kedelai impor yang diambilnya dari koperasi mencapai Rp9.100/kg atau jauh lebih mahal dari pada saat normal Rp7.200-an/kg. Kenaikan harga kedelai disebabkan pemasok kekurangan stok kedelai tidak ada.
“Musababnya, pandemi Covid-19 membuat petani di luar negeri melakukan lockdown. Sementara, kedelai kita memang selama ini impor terutama dari Amerika,” tutur Ayep.
Dampak kenaikan harga kacang kedelai impor turut dirasakan perajin tahu Yadi Supriyadi (45). “Kedelai sekarang jadi melambung naik terus hampir mencapai Rp10 ribu/kilonya. Normalnya paling tinggi Rp7.500l/kilo,” ujarnya.
Yadi pun mengaku tak bisa menaikkan harga jual tahu. Hal itu lantaran konsumen yang biasa membeli tahu akan menolak jika dinaikkan.
“Ya mau bagaimana lagi, paling ukurannya yang dikecilin. Selama kenaikan bahan baku ini yang jelas terjadi penurunan omzet yang drastis,” katanya.
Terkait naiknya harga kedelai impor, produsen tempe dan tahu se-Bandung raya akan melakukan mogok produksi selama tiga hari. Aksi mogok produksi ini dilakukan sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe dan tahu.
Rencana mogok produksi tempe dan tahu itu akan dimulai 1-3 Januari 2021. Seruan mogok itu disampaikan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung.
Ayep mengatakan, rata-rata para perajin mendukung rencana mogok produksi tersebut. Hal itu dilakukan agar masyarakat mengetahui kenaikan harga kedelai dan pemerintah mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perajin.
“Kami ikut (mogok). Supaya harga kacang kedelai normal kembali,” dia menandaskan. (Red./Annisa)
Discussion about this post