KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Kedekatan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi sorotan belakangan ini. Usai saling bertukar hadiah di Bali, Ketum PAN Zulkifli Hasan pun mengaku kepincut dengan sosok pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Banyak spekulasi bermunculan, khususnya mengenai Kang Emil yang akan menjadikan PAN sebagai kendaraan untuk melenggang ke arena Pilpres 2024. Andai Kang Emil bergabung dengan PAN bagaimana peluangnya nanti?
Peneliti pada Magnum Opus Research & Political Consulting Iman Soleh mengatakan terlalu riskan bagi Kang Emil untuk maju ke bursa Pilpres bila dari PAN. Pasalnya, saat ini ada dua pekerjaan rumah yang harus dihadapi PAN mulai dari rendahnya elektabilitas hingga gesekan dengan Partai Ummat.
“Kalau bicara siapa yang diuntungkan, PAN merasa beruntung dengan hadirnya kang Emil di beberapa acara itu kan dibawa Bima Arya yang kebetulan figurnya mewakili PAN. PAN sedang mengalami konflik internal elitnya berseteru dengan pak Amin Rais. PAN juga baru bergabung dengan koalisi pemerintah jadi bisa dikatakan PAN agak terlambat dalam mencari keuntungan secara politik,” ujar Iman , Kamis (7/10/2021).
Namun, Iman bilang kehadiran Kang Emil justru akan memberikan keuntungan bagi PAN, yakni meningkatkan popularitas partai tersebut. Selain itu, PAN juga perlu tokoh yang moncer secara nasional untuk meningkatkan elektabilitasnya.
“Dalam suatu acara beliau katakan siap Pilpres, tapi beliau tidak mengatakan berangkat dari PAN untu dicalonkan ke RI 1. Kalau Kang Emil berpikir strategis berangkat dari PAN untuk RI 1 saya pikir terlalu riskan bagi Kang Emil untuk ambil keputusan itu,” ujarnya.
“Kenapa? PAN sedang menghadapi konflik internal. Elektabilitas juga PAN kritis. Sehingga kalau pilih kenapa harus di PAN. Kenapa tidak di partai yang elektabilitasnya lebih tinggi, andai kalau bersama PAN tentu harus mencari partai lain untuk mendongkrak lebih tinggi,” ucapnya.
Iman juga menyoroti elektabilitas Kang Emil yang masih belum stabil di lembaga-lembaga survei. Sosoknya masih saling salip dengan Menparekraf Sandiaga Uno atau Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Berbeda dengan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo atau Prabowo yang stabil di posisi top.
“Ini waktu semakin bergulir belum ada elektabilitas yang settle. Selama ini Prabowo, Ganjar, Anies kadang kang Emil muncul kadang enggak (di posisi atas). Kalau misal Kang Emil ambil alternatif dengan partai yang lebih besar, kemungkinan akan menjadi alternatif karena partai tersebut sudah memiliki tokoh,” ujar Iman. (Red./Azay)
Discussion about this post