KOTA BANDUNG, METROJABAR.ID- Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung berupaya cermat dan berhati-hati memberikan relaksasi ekonomi di tengah pandemi yang melanda satu tahun terakhir ini.
Termasuk keputusan untuk membuka relaksasi bagi salon kecantikan, arena permainan anak serta kegiatan kesenian lewat Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 28 Tahun 2021, baru dikeluar tepat satu tahun pascakasus pertama Covid-19 di Kota Bandung pada Maret 2020 lalu.
Kepala Dinas Perdagangan dan Industrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah menegaskan sekalipun sudah memberi pelonggaran, namun protokol kesehatan relaksasi ekonomi harus dijaga secara ketat. Sehingga para pengelola salon kecantikan dan arena permainan khususnya yang berada di mal tetap harus mengajukan perizinan. Selanjutnya melakukan simulasi.
“Salon kecantikan rekomendasi teknis dari Disdagin dan arena bermain anak dari Disbudpar. Tidak serta merta dibuka bisa langsung operasional. Kami sudah membuat draft rekomendasi teknis. Kami akan mengunjungi ke masing-masing dan nanti harus simulasi dulu,” ucap Elly di Taman Dewi Sartika Bandung, Selasa, 16 Maret 2021.
Elly menyebutkan, saat ini sudah ada 12 mal yang mengajukan untuk membuka arena permainan anak dan salon kecantikan. Pihaknya akan segera terjun ke lapangan untuk meninjau kesiapan dari mal. Utamanya berkenaan dengan penerapan standar protokol kesehatan.
“Kalau kita inginnya segera karena sudah satu tahun tidak beraktivitas. Kita ingin lebih cepat lebih baik. Tapi tetap SOP harus ditempuh,” katanya.
“Yang diizinkan tidak semua dibuka, hanya permainan perorangan saja, tidak yang bareng-bareng,” imbuh Elly.
Elly menuturkan, sejak awal pandemi melanda dan mengakibatkan perekonomian runtuh, Pemkot Bandung merelaksasi secara bertahap. Hal itu agar Pemkot Bandung tidak kecolongan dengan ledakan kasus.
“Kebijakan pertama Kota Bandung memprioritaskan kesehatan. Alhamdulillah, sektor ekonomi mulai bergerak pada Juni. Keran perdagangan mulai dibuka. Mal mulai boleh dibuka tapi masih sepi masyarakat masih takut,” terangnya.
Dari titik inilah, lanjut Elly, Disdagin secara perlahan mulai membuat sejumlah program untuk mendongkrak kembali sektor ekonomi. Namun, tetap tidak melupakan urusan kesehatan.
Di antaranya, Elly mendorong para pelaku usaha agar memanfaatkan kanal digital sebagai media berjualan. Disdagin bekerja sama dengan perusahaan penyedia marketplace untuk membuat pelatihan bagi para pelaku usaha.
“Dari Disdagin melakukan pelatihan optimalisasi digital marketing. Bagaimana pengusaha meningkatkan omzet karena offline terpuruk. Ada 290 yang kami latih bekerjasama dengan marketplace,” ujarnya.
Elly menyatakan, Pemkot juga membantu untuk fasilitasi 386 produk untuk mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lalu Disdagin memberikan 120 izin produk gratis guna mengakselerasi para pelaku usaha.
Memasuki September 2020, Elly mencoba melakukan penetrasi penjualan offline melalui gelaran Pasar Kreatif Bandung. Acara ini digelar di mal agar bisa menarik lebih banyak pengunjung.
“Kami juga gelar Pasar Kreatif Bandung. Meskipun deg-degan, khawatur tak laku. Kita kerja sama dengan Dekranasda Kota Bandung dan APPBI Jawa Barat. Semua difasilitas gratis dan kerja sama dengan 9 pusat perbulanjaan dan omset yang diraih hampir Rp1,7 miliar,” ungkapnya.
Strategi lainnya yang dicoba oleh Disdagin yakni melakukan ‘bussiness matching’ secara daring. Dari gelaran ini Elly sangat bersyukur karena produk dari Kota Bandung berhasil menembus pasar internasional.
“Kita juga berusaha agar bisa ekspor. Kita melakukan terobosan bisnis matching secara virtual dengan Australia, Malaysia, Selandia Baru dan beberapa Negara Eropa. Alhamdullillah ada beberapa produk terpilih dari pelaku usaha Kota Bandung, dan ditindaklanjuti dengan MoU,” bebernya. (Red./Annisa)
Discussion about this post